REMBANG- Belasan ranjau sisa Perang Dunia II yang tertanam di Perairan Sluke, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, kemarin diledakkan.

Diduga, dulu ranjau-ranjau ini sengaja ditanam tentara Jepang untuk menghalau kapal Belanda yang ingin mendarat ke Pulau Jawa melalui perairan Rembang dan sekitarnya.
Proses peledakan ranjau melibatkan 156 personel TNI Angkatan Laut yang terdiri dari tim penyapu ranjau dan tim pendeteksi ranjau. Sedangkan, lokasi peledakan ranjau berada di area pembangunan Pelabuhan Umum Nasional Rembang di Desa Sendangmulyo, Kecamatan Sluke.

Jumlah total ranjau aktif yang telah ditemukan di wilayah tersebut sebanyak 31 unit dari jenis ranjau anti kapal pendarat. TNI AL memprediksi di perairan Sluke terdapat 54 ranjau aktif dalam kondisi sudah tertimbun sedimentasi. Akan tetapi, tetap membahayakan bagi kapal-kapal yang melintas area tersebut.

Komandan Tim Satuan Penyapu Ranjau TNI AL Kolonel Laut Benny Sukandari menyatakan, ranjau-ranjau yang diledakkan berada di kedalaman antara 5,6 meter hingga 27,3 meter. ”Sedangkan, titik ranjau terdekat berada di radius 300 meter dari pantai dan titik terjauh di posisi 4,3 mil,” jelasnya.

Hingga siang kemarin, jumlah ranjau yang berhasil diledakkan mencapai 14 unit. Sisanya akan diledakkan selama dua hari ke depan. Dia menjelaskan, proses peledakan ranjau dilakukan di dasar laut dengan menggunakan alat pemicu.

Setelah keberadaan ranjau terdeteksi, tim kemudian menentukan lokasi peledakan. Sehingga dari permukan laut, yang terlihat hanya semburan air sekira dua meter dan diikuti kepulan asap putih dan hitam. Asap putih ini berasal dari ledakan bom yang digunakan TNI AL sebagai alat pemicu. Sementara asap hitam berasal dari ledakan ranjau yang sudah terkubur dengan lumpur.

Kepala Dishubkominfo Kabupaten Rembang Djamin mengatakan, peledakan ini merupakan kerja sama antara TNI AL dan Pemkab Rembang. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membersihkan jalur masuknya kapal di Pelabuhan Umum Nasional Rembang dari benda-benda yang membahayakan seperti ranjau.

Untuk biaya penyapuan ranjau, dibutuhkan biaya dari APBD 2010 Kabupaten Rembang senilai Rp3,8 miliar. Setelah area tersebut bersih, maka proses pembangunan pelabuhan (umum nasional) akan dilanjutkan,” jelasnya.

Diketahui, pada 2008 lalu Pemkab Rembang memulai pembangunan Pelabuhan Umum Nasional di Kecamatan Sluke. Proses pembangunan pelabuhan seluas 40 hektare itu akhirnya dihentikan pada 2009 setelah Pemkab Rembang mendapat masukan dari TNI AL bahwa di perairan calon dermaga dan jalur menuju pelabuhan terdapat ranjau-ranjau laut yang dipasang Jepang pada masa Perang Dunia II.

Pemkab Rembang menargetkan pelabuhan senilai Rp386 miliar itu sudah beroperasi pada awal 2012 mendatang. Dari nilai itu, pemerintah pusat mengalokasikan Rp10 miliar dari APBN 2010 untuk pemasangan pancang dan meneruskan reklamasi.

Secara bertahap, proses pembangunan dilakukan ke sarana dan prasarana pelabuhan dan kolam dermaga sedalam tujuh meter. Setelah tahap pertama selesai dikerjakan, Pelabuhan Umum Nasional Rembang dapat dimanfaatkan untuk keluar masuk kapal barang berbobot mati 30-40 gross tonnage.(Sundoyo Hardi/Koran SI/ful)

0 comments:

Post a Comment

 
Top